Cadangan Migas Blok-A Capai Tiga Triliun Kubik Menurut Anda berapa jumlah kandungan sumber daya alam Migas yang kini tersisa di landang Arun? Sisanya tentu saja sudah tidak banyak lagi. Tetapi kata-kata “tidak banyak lagi” ini sangat relatif. Semua kita tahu bahwa gasnya masih akan ada mengalir dari lapangan NSO atau ladang Arun dan South Lhoksukon, tetapi tidak lagi diproduksi untuk dijadikan LNG. Bukan hanya karena kontrak penjualan LNG-nya sudah habis tapi juga karena memang jumlah sisa gas ini sudah tidak ekonomis lagi untuk diproses menjadi LNG. Saya tidak tahu persisnya berapa jumlah kandungan gas yang tersisa dari ketiga lapangan tersebut tapi dari apa yang saya dengar masih akan mengalir antara 75-100 MMscf per hari sampai dengan kira-kira tahun 2018 atau mungkin lebih. Yang akan jadi pertanyaan kita yang awam adalah sebanyak apa rupanya gas yang 100 MMScf/D itu? Nah di sinilah letak relativitasnya, bagi EMOI gas sebanyak ini sudah tidak ekonomis lagi tentunya, tapi bagi pabrik pupuk seperti PIM gas sebanyak ini sudah bisa menjalankan 2 train pabrik pupuk dan mungkin akan bisa memproduksi pupuk sebanyak 1, 2 juta ton per tahun. Atau bagi PLN, gas sebanyak ini akan bisa dipakai untuk membangkit tenaga listrik kira-kira sebesar 500 MW atau sudah dapat menerangkan sebanyak kira2 1,2 juta rumah di Aceh setiap harinya pada tingkat pemakaian listrik yang menengah (kira-kira 10 KWh/hari). Ini tentu saja bukan jumlah yang sedikit dari sudut pandang kita semua. Apakah cadangan gas yang tersisa sekarang mampu memenuhi kebutuhan lokal? Kebutuhan lokal yang ada saat ini di Aceh hanyalah untuk PIM dan mungkin KKA dan gas sebanyak itu tentu hanya akan mencukupi kebutuhan mereka sampai tahun 2018-2019 saja. PIM tentu kemudian harus mempunyai back-up plant lain untuk memenuhi suplainya demi kelangsungan bisnisnya. Mudah-mudahan Blok-A, Medco, sudah mulai berproduksi pada saat itu dan tentu saja perlu disyukuri bahwa jaringan pipa Pertamina/Aceh sudah ada untuk mengalirkan gas Blok-A tersebut. Bila dilihat secara keseluruhan, wilayah mana saja sekarang yang memiliki kandungan Migas terbesar di Aceh? Saat ini, kandungan gas yang sudah terbukti yang belum diproduksi dan yang lumayan besar hanya di Blok-A, cadangan terbuktinya mungkin mendekati 1 TCF (Trilliun Cubic Feet) atau mungkin lebih, tapi saya dengar bahwa potensinya kalau diexplorasi lebih intensive lagi bisa mencapai 3-4 TCF. Nah di sinilah sebenarnya letak kunci jawabannya dari pertanyaan Anda tentang cadangan Migas. Cadangan Migas di suatu tempat menjadi berkurang ataupun habis itu adalah sangat lumrah, yang mengkhawatirkan sebenarnya adalah kenyataan kalau sudah tidak ada lagi yang mencari sumber-sumber baru atau explorasi baru di daerah tersebut. Tidak ada seorang pun yang berani bilang bahwa di laut tidak ada ikan walaupun baru tadi pagi kita melihat nelayan yang pulang tanpa membawa ikan. Besok paginya nelayan tadi pergi lagi ke laut untuk mencari ikan karena didorong oleh keyakinannya bahwa di laut masih ada ikan. Semangat seperti inilah yang kita harapkan dari seorang nelayan sehingga kita juga masih bisa tetap punya harapan untuk dapat menyajikan lauk ikan dalam santapan kita sehari hari. Demikian juga halnya dalam dunia Migas, kalau masih ada perusahaan yang melakukan explorasi Migas di daerah kita maka kemungkinan untuk menambah cadangan Migas juga masih bisa kita harapkan. Walaupun disadari bahwa mencari dan mendapatkan cadangan Migas baru sekarang sudah semakin sulit dan membutuhkan biaya yang tinggi karena lokasi yang sulit dijangkau termasuk eksplorasi di laut dalam. Saat ini mestinya ada beberapa perusahaan yang sedang melakukan study/eksplorasi di lepas pantai wilayah laut dalam Blok Andaman, Aceh, salah satunya adalah Mubadal, perusahaan Migas dari Timur Tengah. Hanya saja beberapa waktu yang lalu saya di infokan bahwa kegiatan ini terhenti karena terkait perizinan di daerah, mungkin hal ini perlu diklarifikasikan ke Distamben Aceh. Saya ingin menyarankan ke Distamben atau Pemda Aceh agar perizinan untuk hal study/eksplorasi seperti ini supaya dapat melibatkan pihak institusi pendidikan di Aceh seperti Unsyiah dan Unimal, jadi salah satu persyaratannya adalah supaya perusahaan tersebut bekerja sama dengan universitas dalam melakukan studinya. Ini bisa saja kedengaran seperti memaksa sekali karena orang-orang akan bertanya apakah Unsyiah atau Unimal sudah siap untuk study eksplorasi Migas seperti ini. Saya yakin kedua institusi ini pasti akan bisa berpartisipasi dengan baik kalau kesempatan ini deberikan kepada mereka. (*)
0 Komentar